Rabu, 10 April 2019

Pengumpulan Alamat Blog

Buat Siswa - siswi yang sudah membuat Blog silahkan diisi dalam komentar alamat blognya di sini!

Dengan Format

Nama  :....
Kelas  :
Alamat Blog :   

Kesadaran Ummat

Sudah menjadi suatu keniscayaan jika Umat Islam sudah mulai bangkit dengan ideologinya karena memang karaktek sebuah ideologi tidak akan pernah mati. yuk simak tulisan di bawah ini ya...karena buat tulisan sendiri belum kelar..maklum emak-emak masih punya baby gak sempat. he he..


Pentingnya Membangun Kesadaran Ummat

Oleh: Adi Victoria (Penulis & Aktivis Dakwah)
Sahabat VOA-Islam...
Sebagai seorang muslim, kita mengimani bahwa syariah Islam adalah perkara yang wajib untuk diterapkan. Kita pun percaya bahwa dengan diterapkannya syariah Islam, maka kemaslahatan berupa kesejahteraan dan keadilan akan terwujud. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, namun tidak berhukum dengan hukum Islam (baca: syariah Islam). Padahal seharusnya sangat mudah untuk diterapkan syariah, dibandingkan dengan negara yang penduduknya minoritas beragama Islam. Pertanyaan kemudian, kenapa hal tersebut bisa terjadi? Jawabannya adalah karena masih tidak adanya atau masih kurangnya kesadaran yang ada pada diri setiap kaum muslim itu sendiri.
Pasca runtuhnya institusi politik umat Islam pada 03 Maret 1924 atau pada 28 Rajab  1342 H, yakni diruntuhkannya Kekhilafahan Turki Utsmani oleh Mustafa Kemal At-Taturk, sesungguhnya umat Islam mengalami keterpurukan di berbagai bidang. Keterpurukan itu sendiri akibat dari diterapkannya faham sekulerisme oleh ideologi Kapitalisme di semua negeri-negeri Islam yang terpecah menjadi lebih dari 57 negara atas nama nasionalisme.
Faham sekulerisme menyebabkan syariah Islam tidak lagi diterapkan di dalam kehidupan kaum muslimin sebagaimana ketika sistem Khilafah berdiri selama 13 abad lamanya. Dimulai saat daulah Islam tegak di Madinah oleh Rasulullah SAW, kemudian dilanjutkan oleh para khulafur rasyidin, para khalifah sesudahnya, hingga terakhir oleh kekhilafahan Daulah Utsmani di Turki.
Berdakwah untuk mengubah pola pikir masyarakat artinya mengubah pola pikir masyarakat yang tidak berpikir secara Islam menjadi pola pikir secara Islami
Umat Islam Sedang Sakit
Umat Islam kini sedang sakit. Karena sakit, maka umat Islam memerlukan obat untuk menjadi penawar atau penyembuh atas penyakit tersebut. Kalau kita ibaratkan dokter, maka tentu sebelum memberikan obat, dokter tersebut akan melakukan beberapa tes untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya penyakit tersebut. Hal ini penting agar obat yang akan diberikan nanti sesuai dengan penyakit yang diderita. Kesalahan dalam menganalisa suatu penyakit akan menyebabkan salah atau kelirunya dalam memberikan obat untuk penyakit tersebut. Bukan sembuh yang didapatkan, melainkan penyakit yang tak kunjung sembuh atau malah bisa menyebabkan kematian.
Walaupun fakta analisa sudah menunjukkan bahwa umat Islam kini sedang sakit, masih banyak juga kaum muslim yang belum sadar bahwa dirinya sedang sakit. Sehingga persoalannya kemudian adalah mereka yang sedang sakit tersebut tidak akan mau meminum obat tersebut karena merasa tidak sedang sakit.
Maka tentu yang dilakukan terlebih dahulu bukan melakukan analisa terhadap penyakit tersebut, melainkan adalah memberikan penyadaran kepada umat bahwa kaum muslim pasca runtuhnya Khilafah adalah sedang menjadi umat yang sakit, dengan menjelaskan apa sebenarnya penyakit tersebut, yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik, serta sistem pendidikan yang materialistik akibat diterapkannya sekulerisme tersebut.
Ketika umat telah sadar bahwa sesungguhnya kaum muslim sekarang sedang sakit,maka tentu mereka akan mencari obat sebagai mengobati penyakit mereka. Dan hal tersebut barulah dimulai dengan melakukan analisa terhadap penyebab mendasar kenapa penyakit tersebut ada.
Korelasi Dakwah Fikriyah
Maka di sinilah pentingnya secara masif untuk terjun ke masyarakat, hadir di tengah-tengah umat untuk berdakwah. Dakwah merupakan aktivitas untuk memberikan penyadaran di tengah-tengah umat, sadar akan “penyakit” yang mendera umat ini, sehingga kemudian mereka juga tahu apa “obatnya”. Kesadaran tersebutlah yang nantinya akan memberikan pemahaman di tengah-tengah masyarakat akan bagaimana pola pikir yang benar, meletakkan bagaimana harus menyikapi sesuatu berdasarkan baik buruk dengan standar Islam bukan perasaan saja, serta memahami peraturan yang baik itu apa.
Tanpa dakwah, bisa jadi umat ini tidak tahu kalau mereka sedang “sakit”. maka jika tidak ada dakwah maka mereka tidak tahu kalau sedang “sakit” dan merasa baik-baik saja. Ini sangat berbahaya. Sama berbahayanya sebagaimana salah satu karakter/type manusia yang dibuat oleh Imam al Ghazali bahwa ada manusia yang TIDAK TAHU kalau ia TIDAK TAHU. Ini sangat berbahaya, masih mending manusia itu TAHU kalau ia TIDAK TAHU.
Berdakwah untuk mengubah pola pikir masyarakat artinya mengubah pola pikir masyarakat yang tidak berpikir secara Islam menjadi pola pikir secara Islami. Karena pemikiran hanya bisa diubah  dengan memberikan pemikiran yang baru karena faktanya pemikiran hanya bisa diubah dengan pemikiran pula, bukan dengan aktivitas fisik. Kemudian dakwah mengubah perasaan masyarakat yakni mengubah perasaan masyarakat dalam hal baik dan buruk berdasarkan perasaan manusia menjadi perasaan baik dan buruk berdasarkan baik dan buruk menurut ketentuan syara’. Mengubah peraturan yang ada di tengah-tengah masyarakat, dimana sekarang aturan yang diterapkan sekarang di tengah-tengah masyarakat adalah aturan dari akal manusia,menjadi aturan dari yang membuat akal manusia yakni Allah SWT. Dakwah tersebutlah nantilah yang akan menjadikan individu-individu di masyarakat nanti menjadi pemikiran yang sama, perasaan yang sama dan peraturan yang sama.
Kesimpulan
Maka terjawablah pertanyaan di atas tadi yakni kenapa dengan penduduk yang mayoritas muslim bahkan terbesar di dunia, namun syariah Islam belum diterapkan atau belum menjadi way of life kaum muslimin itu sendiri? Karena masih tidak ada atau kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh kaum muslimin, sehingga di sinilah pentingnya untuk terus sungguh-sungguh berupaya semaksimal kita untuk terus melakukan aktivitas berinteraksi dengan umat (tafa’ul ma’al ummah), memberikan penyadaran bahwa sesungguhnya kaum muslimin di seluruh dunia termasuk di Indonesia sedang sakit, dan obatnya adalah penerapan syariah Islam di bawah institusi daulah Khilafah. Insya Allah.Wallahu a’lam bisshowab. [syahid/voa-islam.com]

Bahagia Itu Milik Seorang Muslim



Banyak orang menghabiskan masa mudanya dengan bekerja dan bekerja tanpa mempedulikan kesehatannya, apalagi kewajiban yang datang dari Tuhannya. Kemudian saat masa tuanya datang, harus dibayar dengan cukup mahal karena sudah sakit-sakitan dan tidak sehat lagi sehingga tidak punya banyak waktu lagi untuk berbuat banyak hal. Kalau kita coba renungkan lalu sebenarnya apa yang diinginkan banyak orang dengan kesibukannya itu? Apakah karena mereka ingin bahagia? apakah mereka yang sudah punya rumah, mobil dan jabatan pasti bahagia? Atau sebaliknya yang hidupnya pas-pasan yang lebih bahagia? Atau yang hidupnya sederhana saja yang merasakan bahagia? Kalau begitu benarkah kekayaaan bisa membuat hidup kita bahagia? Tapi nyatanya, ada kisah beberapa miliader yang harus mengakhiri hidupnya dengan cara tragis meski sudah memiliki pundi-pundi kekayaan dalam jumlah fantastis. Sebagai contoh kematian miliader asal Rusia Scot Young menimbulkan kesan horor bagi banyak orang. Young Meninggal tertusuk pagar besi setelah loncat terjatuh dari lantai empat penthouse miliknya. Ternyata punya banyak harta bukan jaminan seseorang bisa hidup bahagia. Apalagi miskin, apa-apa minta, atau kesana kemari harus ngutang. Tentu akan lebih sengsara rasanya. Lalu apakah orang hidup sederhana bisa lebih bahagia? Ternyata juga bukan. Jadi yang buat bahagia itu apa sebenarnya? Nah, kalau begitu coba kita lihat orang main bola di lapangan!, apa sih yang membuat pemain bola itu senang teriak bangga saat main bola? Tentunya kalau dia mampu cetak goal, dan bisa menang bukan?. Tapi apakah pernah dibayangkan bagaimana kalau di lapangan bola itu tidak ada garis batas mainnya? tidak ada aturannya, bebas pukul pakai tangan, boleh pukul lawan dan lainnya. Apakah jadi menarik permainan seperti ini? Tentu tidak. Jadi kalau bicara bahagia itu letaknya dimana? Sudah jelas dengan contoh pemain bola tadi, di saat pemain bola bisa memasukkan bola ke gawang itu menunjukkan si pemain bisa mencetak skor menang dari lawan. Dan itulah salah satu aturan dalam permainan sepak bola. Jadi di saat kita bisa patuhi aturan tertentu, dan dengan aturan itu bisa memenangkan pertandingan maka saat itulah ada rasa senang. Demikian pula dalam menjalani hidup, dapat diibaratkan sebuah pertandingan. Kadang-kadang jika orang tidak mengerti apa aturannya?, tidak tau aturan tentang hidup, sehingga menjalani kehidupan dengan sia-sia bahkan kebingungan, akhirnya setelah kematian datang meyesal karena tidak mengerti untuk apa sebenarnya mereka hidup. Memang, Tak bisa dipungkiri banyak orang mencari kebahagiaan dengan melalui uang, dengan kenyamanan. Misalnya di Negara Jepang yang dikenal penduduknya sangat disiplin, tertib dan bersih. Budaya antri juga menjadi bagian dari keseharian warganya. Namun apakah kehidupan seperti ini telah membuat warganya dijamin merasakan kebahagiaan? Ternyata tidak. Jepang tercatat sebagai Negara dengan rekor bunuh diri tertinggi di dunia. Kementerian Kesehatan Jepang, (23/3/2017) mengungkap, pada tahun 2016 lalu tercatat angka kematian akibat bunuh diri mencapai 21.897 orang. Demikian pula di Negara Korea Selatan, The Korean Times mencatat, bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor empat di Korsel. Pada tahun 2012, tercatat tidak kurang 15.000 kasus bunuh diri. Artinya setiap hari ditemukan 30-40 kasus bunuh diri. Sebagai Negara dengan tingkat ekonomi maju ke-13 di dunia, warga Korea seharusnya bisa hidup tenang dan sejahtera. Ternyata tidak demikian. Mereka bingung dengan arti bahagia, karena ternyata itu semua tidak membuat kehidupan mereka bahagia. Namun berbeda bagi seorang muslim, dia pasti tahu apa artinya bahagia. Bahagia adalah ketika kita menyadari sebagai ciptaan Allah, hidup untuk beribadah kepada Allah dengan melakukan perintahNya dan akan kembali menghadap kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan di dunia. Tapi jika seorang muslim belum pernah menemukan bahagia itu berarti dia tidak punya Tuhan layaknya mayoritas masyarakat Jepang, Korea atau Eropa yang tidak mempunyai Tuhan. Karena orang yang tidak punya Tuhan, tidak punya harapan dan tempat bergantung. Mereka tidak akan puas dengan kondisi yang dialami. Kebahagiaan menjadi hilang dan akan lebih mudah mengalami stress. Bahkan bunuh diri dianggap jalan terakhir yang bisa menjadi kebanggaan. Sedangkan seorang Muslim itu kata Rasulullah “Muslim itu Ajaib” karena kehidupannya selalu baik. Sebagaimana sabda Rasululah Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999) Jadi keadaan seorang mukmin itu semuanya baik. Dan hal ini hanya didapati pada seorang mukmin, tapi tidak akan pernah ditemukan pada orang kafir maupun munafik. Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur pada Allah atas karunia tersebut. Ia mengakui bahwa nikmat itu dari Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lalu lisannya memuji Allah SWT dan menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan kepada ALLAH Azza wa Jalla. Sedangkan ketikaseorang mukmin ditimpa musibah, ia akan bersabar dan mencari jalan keluar seraya mengharap pahala. Dan tidak lupa bagi seorang mukmin jika ia melakukan kesalahan, maka ia akan bertaubat. Dengan merendahkan diri di hadapan Allah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai kebaikan yang mampu dilakukannya. Namun akan berbeda halnya dengan kehidupan orang yang tidak beriman, jika mereka mendapatkan kenikmatan dan kesenangan dunia, ia hanya akan menganggap semata-mata hasil jerih payahnya. Dan semua yang mereka miliki sebenarnya hanyalah (kesenangan sementara). Maka jika mereka_orang yang tidak beriman mendapatkan musibah ia akan senantiasa mencela/ mengumpat, meratapi, berandai-andai dengan waktu. Sehingga tidak heran jika pada akhirnya menempuh jalan dengan bunuh diri karena merasa telah hilang harapan. Dengan demikian tidak ada kehidupan yang lebih bahagia selain kehidupan seorang muslim. Jika kebanyakan orang kebingungan tentang cara yang harus ditempuh untuk bahagia maka hal itu tidak untuk seorang muslim. Bagi seorang muslim dimana dia sebagai mukmin sejati akan selalu merasakan ketenangan hati dan kenyamanan jiwa. Dia menyadari memiliki Tuhan yaitu Allah Yang mengatur segala sesuatu dengan kehendak-Nya. Namun dalam kehidupan kapitalistik saat ini dengan prinsip liberal, sekuler dan segala bentuk keserakahannya telah membuat kebobrokan di seluruh bidang khususnya bagi kehidupan seorang muslim. Seorang muslim telah secara tidak sadar terpengaruh dalam prinsip kapitalistik ini. Agama menjadi disingkirkan dalam kehidupan publiknya dan hanya diambil dalam segi peribadahannya semata. Sehingga muslim menjadi hilang arah pandangnya dalam menjalani hidup. Ketika telah pusing dengan maslahnya sendiri dan tak peduli dengan urusan orang lain lain, seolah sekarat tanpa memiliki harapan. Akhirnya bunuh diri pun menjadi jawaban. Padahal sesungguhnya jika Sistem Islam ditegakkan dalam segala aturan kehidupan dengan metode Khilafah, maka kehidupan seorang muslim akan menjadi terarah karena Negara akan bertanggung jawab dalam mengarahkan warganya dalam memahami tujuan manusia diciptakan. Sehingga prinsip kebahagian hakiki dengan meraih rido dari Sang Khalik akan tercipta dalam kehidupan masyarakat Islam. Maka kehidupan seorang muslim akan benar-benar diliputi dengan kebahagian yang sesungguhnya baik saat hidup di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam bis showab