Kamis, 19 September 2019

Rambut Aku Bukan Kata Aku


  Siapapun yang sering nonton tv pasti tau ada iklan shampo yang bintang iklannya bilang begini "Rambut Aku Kata Aku".
Mendengar ucapan itu aku sempat berpikir lama. Apa benar begitu ya?
Tapi akhirnya aku mulai melihat realita saat ini. Kalau di jaman sekarang sudah gak aneh lagi jika para wanitanya memburu style rambut yang selalu up to date. Apalagi di kalangan artis atau selebritis. Bagaimana tidak karena rambut sebagai salah satu aset berharga bagi mereka. Bahkan rambut bisa menjadi modal untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Sehingga wajar jika banyak iklan perawatan rambut menghiasi layar kaca televisi.
  Dalam kehidupan Kapitalistik kecantikan wanita bernilai tinggi.  Karena mampu dijual dengan harga mahal. Begitupun rambut yang merupakan mahkota kecantikan wanita tidak akan luput dari aset berharga yang diperjual belikan.
Makanya tak heran jika para wanita saat ini berlomba-lomba untuk tampil cantik demi mendapatkan perhatian banyak orang dan efek sampingnya bisa mendapatkan keuntungan materi dari kecantikan itu.   Mereka pergi ke salon kecantikan mengubah model rambut sesuai trendnya plus menganti-ganti warnanya, memakai aneka kosmetika, mengenakan pakaian merek ternama, bahkan menjalani operasi plastik untuk memperindah bagian tubuh tertentu.

  Padahal sebetulnya kecantikan wanita telah menjadi alat berupa kastok-kastok untuk memajang berbagai produk yang bisa dijual seperti shampo, sabun, body lotion, baju dan sebagainya.
Bahkan untuk sesuatu yang tidak berkaitan secara langsung pun kecantikan wanita bisa dimanfaatkan untuk membuat suatu produk laris manis. Contohnya saja iklan saos sambal, iklan yang digunakan lagi-lagi wanita dengan postur tubuh seksi berbaju ketat dengan warna merah menyerupai cabe. Sehingga yang pasti  penonton akan terpesona dengan bintang iklan yang dihadirkan. Selanjutnya efek yang diharapkan iklan itu akan selalu diingat oleh masyarakat, yang akhirnya produk dari iklan itu akan diburu oleh konsumen. Pinter banget kan..??
Itulah budaya kapitalistik yang tak disadari para muslimah, mereka telah terbius dengan budaya modern yang sesungguhnya mampu menjauhkan dari nilai-nilai syariat. Dan tanpa disadari para muslimah telah mengambil sudut pandang yang bukan berasal dari Islam dalam memandang hakekat kecantikan.

  Kini saatnya para muslimah harus sadar diri. Menyadari tentang hakikat dirinya adalah manusia, sebagai mahluk yang diciptakan Sang Khalik yaitu Allah swt. Jika meyakini dirinya adalah ciptaan Allah, maka pasti akan menyadari bahwa tubuhnya juga terbentuk atas kekuasaan Allah. Baik tubuh wanita terlahir cantik ataupun biasa saja. Dengan tetap bersyukur dan menerima serta tidak menyia-nyiakan ciptaan yang sudah dikaruniakan Allah dengan merawatnya sesuai yang diatur dalam syari'at.
Karena suatu produk apapun yang diciptakan oleh pembuatnya pasti disertai panduan pemakaiannya.
Apalagi manusia yang dikarunia akal dan seperangkat potensi hidup berupa naluri dan kebutuhan jasmani. Sudah seharusnya tunduk pada aturan sang Khaliknya jika mengharapkan kebaikan untuk dirinya. Karena hanya Dia yang tau kebaikan makhlukNya.
Sesuai sabda Rasulullah SAW, ''Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk fisik dan harta kalian, tetapi pada hati dan perbuatan kalian (HR. Muslim)". Maka  hakekat kecantikan yang ditekankan pada seorang muslimah diharapkan mampu menghadirkan kecantikan batin dan amal baik bukan fisik semata. Sehingga kecantikan itu berbanding lurus dengan ketakwaannya pada Allah SWT.
   Jadi rambut yang disebut-sebut sebagai mahkota kecantikan setiap wanita. Adalah milik Allah sebagaimana tubuh wanita. Maka harus tunduk sesuai kata Syari'at yang mengaturnya. Dimana rambut adalah bagian aurat yang wajib ditutup di hadapan yg bukan mahromnya itulah ketentuan dalam syari'at Islam. Kewajiban memakai khimar/ kerudung selain jilbab (jubah) yang dikenakannya ketika keluar rumah.
 Allah swt telah mengatur kewajiban menutup aurat ini dalam Al Qur’an surat Annur (24) ayat 31:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الإرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” TQS. Annur (24):31.

Disamping itu terdapat hadits dari ‘Aisyah ra yang menyatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita apabila telah baligh (mengalami haidh), tidak layak tampak dari tubuhnya kecuali ini dan ini (seraya menunjukkan muka dan telapak tangan). HR Abu Dawud.

Jadi jelaslah bahwa seorang muslimah wajib untuk menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Artinya selain wajah dan telapak tangan tidak boleh terlihat oleh laki-laki yang bukan mahram-nya.

  Sedangkan kewajiban muslimah ketika keluar rumah selain mengenakan khimar sebagai penutup rambut hingga dadanya ada kewajiban mengenakan Jilbab, sebagaimana Allah swt befirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. TQS Alahzab (33): 59.

 Hal ini dijumpai dari keadaan wanita-wanita pada masa Rasulullah saw ketika mereka keluar rumah sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut:
"Kami para wanita, diperintahkan oleh Rasulullah untuk keluar pada saat Idul Fitri dan Idul Adha (baik para gadis, wanita yang sedang haidh, maupun gadis-gadis pingitan). Wanita yang sedang haidh diperintahkan meninggalkan shalat serta menyaksikan kebaikan dan (syiar) kaum muslim. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, salah seorang diantara kami ada yang tidak memiliki jilbab. Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbabnya.” (HR. Muslim).

  Dengan demikian bagi seorang muslimah sudah semestinya terikat dengan hukum syara' dalam menjaga rambut sebagai mahkota kecantikan tersebut. Jika para muslimah menyadari di saat keluar rumah harus menutup anggota bagian aurat pada tubuh seperti rambut, maka tidak akan bermunculan gaya model rambut yang bermacam-macam. Tapi cukup merawat kebersihan dan kerapiannya saja karena toh akan ditutup juga saat keluar rumah atau di hadapan yang bukan mahromnya. Dengan begitu sesungguhnya rambut yang kita miliki tetaplah ada ketentuan yang seharusnya ditaati bagi seorang muslimah agar tunduk pada aturan syari'ah. Jadi buat aku dalam menjaga kebaikan tubuh adalah sesuai tujuan Allah menciptakan, sehingga ucapan yang seharusnya muncul "rambut aku bukanlah kata aku". (Sinurhid)

Rabu, 04 September 2019

Hijrah Dari Paham Islam "Apa Adanya"




                Alhamdulillah aku terlahir di keluarga muslim. Karenanya tentulah sejak kecil aku sudah mulai mengenal Islam. Begitupun pada umumnya saudara-saudaraku seaqidah yang lain yang terlahir di keluarga muslim. Sudah menjadi lumrah, anak-anak mereka mulai dikenalkan Islam sejak usia dini. Ada yang dimasukkan di lembaga-lembaga sekolah agama bahkan di lembaga-lembaga pesantren.  
Tidak jauh berbeda dengan diriku. Aku pernah mengenyam bangku madrasah sepulang sekolah SD di siang hari menjelang sore. Dilanjutkan malam harinya mengaji AlQuran plus ada kajian kitabnya sepulang ngaji. Dan itu sudah menjadi rutinitas anak-anak di kampungku saat itu hingga masih berjalan sampai saat ini.
Dalam proses aku mencari ilmu tersebut, tentulah banyak ilmu yang sudah kudapat.

Namun tidak ada yang aneh yang kurasakan. Karena saat itu aku memahami tentang Islam apa adanya. Yang kupahami tentang seputar kewajiban dalam Islam sebagaimana dalam rukun Islam ada 5. Yaitu Syahadat, Sholat, puasa, zakat dan haji bagi yang mampu. Sedangkan tentang kewajiban menutup aurat, aku merasa tidak begitu ada tuntutan karena aku memahaminya kewajiban menutup aurat itu lebih ditekankan di dalam sholat. Sedangkan di luar sholat hanyalah asaz kepantasan dan kesopanan saja.

Begitulah sepertinya realita saudara muslim kebanyakan yang ada saat itu. Akibat dari paham Islam apa adanya  ini kebanyakan hanya mencukupkan diri dengan memperbanyak ibadah mahdhoh saja. Sedangkan untuk melihat di sekelilingnya apakah sudah sesuai dengan aturan agama atau tidak, tidak perlu diambil pusing biarlah itu urusan mereka.

Namun saat di bangku kuliah, aku menambah kegiatanku mengkaji Islam. Tidak berbeda dari yang aku pahami sebelumnya tentang Islam, tapi ada yang aku dapatkan lebih dari sebelumnya. Aku mulai mengenal Islam sesungguhnya.
Ternyata Islam adalah agama universal yang sempurna. Yang memiliki pemikiran terangkai dengan metode pelaksanaanya.
Dalam pemikiran Islam yang dikenal dengan fikrah terdiri dari Aqidah, dan hukum syariah yang mengatur 3 hubungan yaitu: 1) manusia dengan Tuhannya, 2) manusia dengan manusia lainnya dan 3)manusia dengan dirinya. Contoh: keimanan pada Al-Quran dan as-Sunnah serta hukum-hukum syariah seperti hukum sholat, shaum (puasa), haji, kewajiban memberi makan fakir miskin dsb, semua ini termasuk fikrah.
Sedangkan metode pelaksanaannya dari pemikiran dalam Islam atau yang disebut thariqah, yaitu berisi hukum-hukum yang mengatur  tentang: 1)penerapan dari fikrah, 2)penjagaan terhadap fikrah dan 3)penyebaran fikrah. Contoh adanya hukum kewajiban memberi makan fakir miskin, maka metode supaya fakir miskin terjamin makannya, Al-Qur’an dan as-Sunnah menetapkan adanya hukum nafkah antara ahli waris,hukum zakat, hukum pemberian negara kepada para fakir dan hukum wajibnya negara menjamin kebutuhan pokok warganya. Semua ini termasuk thariqah. Dari situ aku mulai tahu dan sadar bahwa  Islam adalah sebuah ideologi yang layak menjadi pandangan hidup umat manusia dan mampu menyelesaikan segala persoalan hidup manusia.
"Tapi kenapa ya aku tak paham dari dulu..? apakah pemahaman ilmu sengaja disembunyikan" begitu gumanku. Karena aku merasa seperti ada skenario yang dengan sengaja ingin menyembunyikan ilmu atau pemahaman yang haq ini karena dikhawatirkan bisa membangkitkan kesadaran umat Islam.
Sejak tau Islam yang sebenarnya, sejak itu pula ternyata aku bisa paham Islam tidak apa adanya. Kenapa bisa begitu? Penasaran..? Yuk baca terus tulisan ini!

                Dengan memahami Islam yang sebenarnya, akan ada dorongan yang tak biasa pada diri seorang muslim. Mengapa bisa begitu? bagaimana tidak ada dorongan, karena dalam syari'at Islam ada kewajiban dakwah. Dorongan yang kuat untuk mengemban dakwah hanya bisa dimiliki seorang muslim yang paham tentang Islam sebagai ideologi. Yah... inilah kuncinya buat kita seorang muslim, bahwa yang dikatakan paham Islam sesungguhnya jika telah paham Islam sebagai ideologi. Karena dengan paham Islam sebagai Ideologi ini yang akan mendasari setiap muslim dalam berpikir dan berbuat. Segala keinginan dalam berkata-kata dan bertindak apapun akan selalu dikembalikan pada asas berpikirnya yaitu Aqidah Islam.
Misalnya saja saat seorang muslim ingin membeli baju baru untuk dipakai di hari raya, tentunya dia akan memilih dulu model baju seperti apa yang akan dibelinya. Apakah model celana, rok, gamis atau yang lainnya. Yang pasti keputusan akhir tentang baju yang akan dipilih ini sesuai dengan asaz berpikir yang digunakan, sesuaikah dengan Islam atau tidak? maka akan bergantung pada masing-masing orang dalam mengkaitkannya dengan Aqidah Islam.
Dari contoh tersebut tentunya sudah bisa dipahami bahwa asaz berpikir akan sangat berpengaruh pada bagaimana seseorang bersikap. Maka bagi seorang muslim sudah semestinya menjadikan Aqidah Islam sebagai asaz berpikirnya. Dengan kata lain dia telah memahami Islam sebagai ideologi. 
                Selain itu dorongan Islam ideologis ini akan ada efek luar biasa yang bisa dirasakan ditengah-tengah umat. Yaitu keinginan untuk kembali pada tegaknya Islam secara menyeluruh. Dengan demikian kebangkitan umat akan terwujud. Adapun langkah untuk mewujudkannya, dengan dakwah sebagaimana kewajiban yang disyari'atkan oleh Allah swt. Dengan adanya dakwah, akan membawa umat bangkit dari kejahiliyaan modern yang sedang dirasakan saat ini. Karena umat tengah dinina bobokkan oleh pemikiran manis namun meracuni seperti ide HAM, Demokrasi, Liberalisme dan Skulerisme. Gaya hidup hedonis telah melupakan esensi perjuangan meninggikan kalimah Allah.
Oleh karena itu umat butuh dakwah agar umat hijrah dari pemahaman tentang Islam yang hanya apa adanya. Dengan begitu umat akan sadar bahwa umat Islam mampu bangkit menuju perdaban besar nan mulia. Amin Allohumma Amin. (Sinoerhid)